gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Minggu, 06 September 2009

cfa adalah ilmu terlarang bwat pengecut risiko

Ruddy Raharjo
Kamis, 03 September 2009
Oleh : Eddy Dwinanto Iskandar
Mengejar mimpi memang penuh aral. Ruddy Raharjo, Direktur Investasi Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM), paham benar tentang hal itu. Setahun setelah pindah dari PT Smart sebagai Manajer Keuangan ke BPAM sebagai analis riset pada 2004, industri reksa dana dilanda aksi pencairan (redemption) besar-besaran oleh nasabahnya. Nilai aktiva bersih reksa dana langsung rontok dari Rp 115 triliun pada awal 2005 menjadi Rp 24 triliun pada September 2005. “Jujur saya sempat berpikir, apakah keputusan saya pindah profesi salah, tetapi sejak dulu saya memang selalu ingin berkarier di capital market,” ungkap lulusan S-1 Teknik Sipil Universitas Parahyangan dan S-2 Magister Manajemen IPMI serta pemegang gelar Certified Financial Analyst (CFA) ini. Belakangan, keyakinannya tumbuh setelah mendengar komitmen pemegang saham dan Presiden Direktur BPAM kala itu, Rudy Johansen.

Lantas, dengan hanya berawakkan seorang Asisten Fund Manager di tim investasinya, Ruddy (yang saat itu langsung diangkat menjadi Manajer Investasi) dan seluruh jajaran perusahaan bergerilya merebut nasabah yang hilang. “Kami gelar berbagai event gathering untuk menjalin kembali relasi dengan nasabah lama dan baru serta mendatangi puluhan nasabah secara personal,” ujar ayah Jason (7 tahun) dan Justin (1,5 tahun) serta suami Lie Fie Yung ini. Bank Mandiri dan Bank Permata yang telah menjadi rekanan pemasaran produk-produk reksa dana BPAM diajak kembali memasarkan produk baru. Reksa dana terproteksi pun terus dikembangkan hingga akhirnya bertelur menjadi 40 produk.

Berkat berbagai upaya tersebut, akhir 2006 Ruddy dan timnya sukses menaikkan dana kelolaan BPAM menjadi Rp 1 triliun, setelah sebelumnya terpuruk dari Rp 800 miliar menjadi Rp 300 miliar pada 2005. Kemajuannya kian pesat setelah merangkul empat bank: DBS Bank, UOB, Standard Chartered dan Commonwealth, sebagai channel pemasaran baru. Hasilnya, dana kelolaan reksa dana BPAM kini mencapai Rp 6 triliun, dengan kontribusi produk reksa dana terproteksi sebesar 50%-nya. “Target ke depan adalah aset kelolaan bisa tumbuh dengan stabil pada tingkat 25%-30% per tahun, dan porsi dana kelolaan saham yang saat ini sekitar 10% dari total aset bisa dinaikkan menjadi 20%-30%,” ujar pria yang resmi menjadi direktur sejak awal Agustus 2009 ini.

(swa)
URL : http://www.swa.co.id/swamajalah/siapadia/details.php?cid=1&id=9692

Tidak ada komentar: